Rabu, 07 Maret 2012

AKUNTANSI DAGANG (METODE PERPETUAL)


Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya melakukan transaksi
beli dan jual barang dagangan.
Barang dagangan adalah aktiva atau barang yang dibeli dengan tujuan dijual kembali.
Transaksi-transaksiyang terjadi pada perusahaan dagang secara garis besar terdiri
dari:
Transaksi pembelian barang dagangan
Transaksi penjualan barang dagangan

Transaksi Pembelian barang dagangan
Yaitu transaksi pembelian barang dagangan; dicatat kedalam rekening pembelian
barang dagangan. Transaksi pembelian barang dagangan terdiri dari:
1. Pembelian Tunai
Yaitu pembelian barang dagangan secara tunai/cash.
Contoh: Dibeli barang dagangan tunai sebesar Rp. 1.000.000,- Jurnalnya:
Peersediaan barang dagangan Rp. 1.000.000,-
         Kas                                                 Rp. 1.000.000,-.
2. Pembelian Kredit
Yaitu pembelian barang dagangan dengan pembayaran bertempo/ hutang.
Contoh: Dibeli barang dagangan kredit sebesar Rp. 1.000.000,- Jurnalnya:
Persediaan barang dagangan Rp. 1.000.000,-
          Hutang Dagang                                  Rp. 1.000.000,-.
3. Pembelian Sebagian Tunai dan Sebagian Kredit
Yaitu pembelian barang dagangan dengan pembayaran sebagian tunai dan
sebagian kredit. Contoh: Dibeli barang dagangan sebesar Rp.3.000.000,- dibayar
tunai Rp.1.000.000,-sisanya dibayar tempo 2 minggu Jurnalnya:
Pesediaan barang dagangan Rp. 3.000.000,-
        Kas                                           Rp. 1.000.000,-
         Utang Dagang                           Rp. 2.000.000,-
4. Pembelian dengan syarat pembayaran
Yaitu pembelian barang dagangan dengan syarat pembayaran yang disepakatai
oleh pembeli dan penjual seperti 2/10, n/30, 5/15,/30 dll.
Arti 2/10, n/30 adalah pembeli akan mendapatkan potongan sebesar 2 % apabila
pembeli melakukan pembayaran dalam waktu 10 hari setelah tanggal faktur/
transaksi dan apabila pembayaran dilakukan setelah 10 hari tidak mendapatkan
potongan.Jatuh tempo pembayaran adalah selama 30 hari.
Contoh: Tanggal 1/1 Dibeli barang dagangan sebesar Rp.3.000.000,- dengan
syarat 2/10, n/30. Jurnalnya:
Pesediaan barang dagangan Rp. 3.000.000,-
           Utang Dagang                            Rp. 3.000.000,-.
Jika pembayaran dilakukan pada tanggal 9/1, maka pembeli akan mendapatkan
potongan pembelian saat pembayaran yaitu 2% x Rp. 3.000.000,- = Rp. 60.000,-
dan jurnalnya:
Utang Dagang Rp. 3.000.000,-
           Persediaan Barang Dagangan      Rp. 60.000,-
            Kas                                      Rp. 2.940.000,-.
Jika pembayaran dilakukan pada tanggal 15/1, maka pembeli tidak mendapatkan
potongan karena lebih dari 10 hari. Jurnal saat pembayaran:
Utang Dagang                  Rp. 3.000.000,-
         Kas                                             Rp. 3.000.000,-.
5. Retur Pembelian
Yaitu pengembalian (retur) barang yang telah dibeli karena barang yang
diterima rusak, cacat atau tidak sesuai pesanan.
Contoh: Tgl. 2/1 Dikembalikan barang yang telah dibeli tgl 1/1 sebesar Rp.
300.000,- karena rusak. Jurnalnya:
Hutang Dagang                                 Rp. 300.000,-
           Persediaan Barang Dagangan                     Rp. 300.000,-.
Jika saat pembelian tunai maka yang didebet rekening kas.
6. Biaya Angkut Pembelian
Yaitu pengeluaran ongkos angkut pembelian atas pembelian barang dimana
ongkos angkut ditanggung oleh pembeli.
Contoh: Atas pembelian tgl. 1/1 dikenakan ongkos angkut sebesar Rp. 50.000,-.
Jurnalnya:
Persediaan Barang Dagangan Rp. 50.000,-.
         Kas                                                    Rp. 50.000,-.

Transaksi Penjualan Barang Dagangan
Yaitu transaksi penjualan barang dagangan; dicatat kedalam rekening penjualan
barang dagangan. Transaksi penjualan barang dagangan terdiri dari:
1. Penjualan Tunai
Yaitu penjualan barang dagangan secara tunai/cash.
Contoh: Dijual barang dagangan tunai sebesar Rp. 1.000.000,- HPP sebesar
Rp.800.000,- Jurnalnya:
Kas                                            Rp. 1.000.000,-
          Penjualan Barang Dagangan                Rp. 1.000.000,-.
Harga Pokok Penjualan               Rp. 800.000,-
          Persediaan Barang Dagangan               Rp. 800.000,-
2. Penjualan Kredit
Yaitu Penjualan `barang dagangan dengan pembayaran bertempo/ piutang.
Contoh: Dijual barang dagangan kredit sebesar Rp. 1.000.000,- HPP sebesar
Rp.800.000,- Jurnalnya:
Piutang Dagang                   Rp. 1.000.000,-
          Penjualan Barang Dagangan                Rp. 1.000.000,-.
Harga Pokok Penjualan        Rp. 800.000,-
          Persediaan Barang Dagangan             Rp. 800.000,-
3. Penjualan Barang Dagangan Sebagian Tunai dan Sebagian Kredit
Yaitu Penjualan Barang Dagangan dengan pembayaran sebagian tunai dan
sebagian kredit. Contoh: Dijual barang dagangan sebesar Rp.3.000.000,- HPP
sebesar Rp.2.500.000,- dibayar tunai Rp.1.000.000,-sisanya dibayar tempo 2
minggu Jurnalnya:
Kas                                   Rp. 1.000.000,-
Piutang Dagang                  Rp. 2.000.000,-
            Penjualan Barang Dagangan          Rp. 3.000.000,-
Harga Pokok Penjualan       Rp. 2.500.000,-
             Persediaan Barang Dagangan Rp. 2.500.000,-
4. Penjualan dengan syarat pembayaran
Yaitu Penjualan barang dagangan dengan syarat pembayaran yang disepakatai
oleh pembeli dan penjual seperti 2/10, n/30, 5/15,/30 dll.
Arti 2/10, n/30 adalah pembeli akan mendapatkan potongan sebesar 2 % apabila
pembeli melakukan pembayaran dalam waktu 10 hari setelah tanggal faktur/
transaksi dan apabila pembayaran dilakukan setelah 10 hari tidak mendapatkan
potongan.Jatuh tempo pembayaran adalah selama 30 hari.
Contoh: Tanggal 1/1 Dijual barang dagangan sebesar Rp.3.000.000,- HPP
sebesar Rp.2.500.000,- dengan syarat 2/10, n/30. Jurnalnya:
Piutang Dagang                  Rp. 3.000.000,-
           Penjualan Barang Dagangan            Rp. 3.000.000,-.
Harga Pokok Penjualan          Rp. 2.500.000,-
          Persediaan Barang Dagangan                 Rp. 2.500.000,-
Jika pembayaran dilakukan pada tanggal 9/1, maka penjual akan memberikan
potongan penjualan saat pembayaran yaitu 2% x Rp. 3.000.000,- = Rp. 60.000,-
dan jurnalnya:
Kas                                   Rp. 2.940.000,-
Potongan Penjualan            Rp. 60.000,-
          Piutang Dagang                                   Rp. 3.000.000,-
Jika pembayaran dilakukan pada tanggal 15/1, maka penjual tidak akan
memberikan potongan karena lebih dari 10 hari. Jurnal saat pembayaran:
Kas                                  Rp. 3.000.000,-
             Piutang Dagang                                Rp. 3.000.000,-.
5. Retur Penjualan
Yaitu penerimaan (retur) barang yang telah dijual karena barang yang diterima
pembeli rusak, cacat atau tidak sesuai pesanan.
Contoh: Tgl. 2/1 Diterima barang yang telah dijual tgl 1/1 sebesar Rp. 300.000,-
HPP sebesar Rp. 250.000,- karena rusak. Jurnalnya:
Retur Penjualan                   Rp. 300.000,-
             Piutang Dagang                           Rp. 300.000,-.
Persediaan Barang dagangan Rp. 250.000,-
             Harga Pokok Penjualan                Rp. 250.000,-
Jika saat penjualan tunai maka yang dikredit rekening kas.
6. Biaya Angkut Penjualan
Yaitu pengeluaran ongkos angkut penjualan atas penjualan barang dimana
ongkos angkut ditanggung oleh penjual.
Contoh: Atas penjualan tgl. 1/1 dikenakan ongkos angkut sebesar Rp. 50.000,-.
Jurnalnya:
Biaya Angkut Penjualan           Rp. 50.000,-.
              Kas                                               Rp. 50.000

AKUNTANSI DAGANG (METODE FISIK)


Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya melakukan transaksi
beli dan jual barang dagangan.
Barang dagangan adalah aktiva atau barang yang dibeli dengan tujuan dijual kembali.
Transaksi-transaksiyang terjadi pada perusahaan dagang secara garis besar terdiri
dari:
1. Transaksi pembelian barang dagangan
2. Transaksi penjualan barang dagangan

 Transaksi Pembelian barang dagangan
Yaitu transaksi pembelian barang dagangan; dicatat kedalam rekening pembelian
barang dagangan. Transaksi pembelian barang dagangan terdiri dari:
1. Pembelian Tunai
Yaitu pembelian barang dagangan secara tunai/cash.
Contoh: Dibeli barang dagangan tunai sebesar Rp. 1.000.000,- Jurnalnya:
Pembelian barang dagangan    Rp. 1.000.000,-
      Kas                                                     Rp. 1.000.000,-.
2. Pembelian Kredit
Yaitu pembelian barang dagangan dengan pembayaran bertempo/ hutang.
Contoh: Dibeli barang dagangan kredit sebesar Rp. 1.000.000,- Jurnalnya:
Pembelian barang dagangan        Rp. 1.000.000,-
       Utang Dagang                                      Rp. 1.000.000,-.
3. Pembelian Sebagian Tunai dan Sebagian Kredit
Yaitu pembelian barang dagangan dengan pembayaran sebagian tunai dan
sebagian kredit. Contoh: Dibeli barang dagangan sebesar Rp.3.000.000,- dibayar
tunai Rp.1.000.000,-sisanya dibayar tempo 2 minggu Jurnalnya:
Pembelian barang dagangan      Rp. 3.000.000,-
         Kas                                                         Rp. 1.000.000,-
         Utang Dagang                                          Rp. 2.000.000,-
4. Pembelian dengan syarat pembayaran
Yaitu pembelian barang dagangan dengan syarat pembayaran yang disepakatai
oleh pembeli dan penjual seperti 2/10, n/30, 5/15,/30 dll.
Arti 2/10, n/30 adalah pembeli akan mendapatkan potongan sebesar 2 % apabila
pembeli melakukan pembayaran dalam waktu 10 hari setelah tanggal faktur/
transaksi dan apabila pembayaran dilakukan setelah 10 hari tidak mendapatkan
potongan.Jatuh tempo pembayaran adalah selama 30 hari.
Contoh: Tanggal 1/1 Dibeli barang dagangan sebesar Rp.3.000.000,- dengan
syarat 2/10, n/30. Jurnalnya:
Pembelian barang dagangan             Rp. 3.000.000,-
        Utang Dagang                                              Rp. 3.000.000,-.
Jika pembayaran dilakukan pada tanggal 9/1, maka pembeli akan mendapatkan
potongan pembelian saat pembayaran yaitu 2% x Rp. 3.000.000,- = Rp. 60.000,-
dan jurnalnya:
Utang Dagang                                Rp. 3.000.000,-
        Potongan pembelian                                    Rp. 60.000,-
        Kas                                                       Rp. 2.940.000,-.
Jika pembayaran dilakukan pada tanggal 15/1, maka pembeli tidak mendapatkan
potongan karena lebih dari 10 hari. Jurnal saat pembayaran:
Utang Dagang                              Rp. 3.000.000,-
         Kas                                                       Rp. 3.000.000,-.
5. Retur Pembelian
Yaitu pengembalian (retur) barang yang telah dibeli karena barang yang
diterima rusak, cacat atau tidak sesuai pesanan.
Contoh: Tgl. 2/1 Dikembalikan barang yang telah dibeli tgl 1/1 sebesar Rp.
300.000,- karena rusak. Jurnalnya:
Utang Dagang                           Rp. 300.000,-
         Retur Pembelian                                 Rp. 300.000,-.
Jika saat pembelian tunai maka yang didebet rekening kas.
6. Biaya Angkut Pembelian
Yaitu pengeluaran ongkos angkut pembelian atas pembelian barang dimana
ongkos angkut ditanggung oleh pembeli.
Contoh: Atas pembelian tgl. 1/1 dikenakan ongkos angkut sebesar Rp. 50.000,-.
Jurnalnya:
Biaya Angkut Pembelian            Rp. 50.000,-.
         Kas                                                    Rp. 50.000,-.
3.2. Transaksi Penjualan Barang Dagangan
Yaitu transaksi penjualan barang dagangan; dicatat kedalam rekening penjualan
barang dagangan. Transaksi penjualan barang dagangan terdiri dari:
1. Penjualan Tunai
Yaitu penjualan barang dagangan secara tunai/cash.
Contoh: Dijual barang dagangan tunai sebesar Rp. 1.000.000,- Jurnalnya:
Kas                                       Rp. 1.000.000,-
         Penjualan Barang Dagangan                      Rp. 1.000.000,-.
2. Penjualan Kredit
Yaitu Penjualan `barang dagangan dengan pembayaran bertempo/ piutang.
Contoh: Dijual barang dagangan kredit sebesar Rp. 1.000.000,- Jurnalnya:
Piutang Dagang                       Rp. 1.000.000,-
        Penjualan Barang Dagangan                  Rp. 1.000.000,-.
4. Penjualan Barang Dagangan Sebagian Tunai dan Sebagian Kredit
Yaitu Penjualan Barang Dagangan dengan pembayaran sebagian tunai dan
sebagian kredit. Contoh: Dijual barang dagangan sebesar Rp.3.000.000,- dibayar
tunai Rp.1.000.000,-sisanya dibayar tempo 2 minggu Jurnalnya:
Kas                                  Rp. 1.000.000,-
Piutang Dagang                 Rp. 2.000.000,-
         Penjualan Barang Dagangan          Rp. 3.000.000,-
5. Penjualan dengan syarat pembayaran
Yaitu Penjualan barang dagangan dengan syarat pembayaran yang disepakatai
oleh pembeli dan penjual seperti 2/10, n/30, 5/15,/30 dll.
Arti 2/10, n/30 adalah pembeli akan mendapatkan potongan sebesar 2 % apabila
pembeli melakukan pembayaran dalam waktu 10 hari setelah tanggal faktur/
transaksi dan apabila pembayaran dilakukan setelah 10 hari tidak mendapatkan
potongan.Jatuh tempo pembayaran adalah selama 30 hari.
Contoh: Tanggal 1/1 Dijual barang dagangan sebesar Rp.3.000.000,- dengan
syarat 2/10, n/30. Jurnalnya:
Piutang Dagang                   Rp. 3.000.000,-
        Penjualan Barang Dagangan            Rp. 3.000.000,-.
Jika pembayaran dilakukan pada tanggal 9/1, maka penjual akan memberikan
potongan penjualan saat pembayaran yaitu 2% x Rp. 3.000.000,- = Rp. 60.000,-
dan jurnalnya:
Kas                                  Rp. 2.940.000,-
Potongan Penjualan           Rp. 60.000,-
         Piutang Dagang                                 Rp. 3.000.000,-
Jika pembayaran dilakukan pada tanggal 15/1, maka penjual tidak akan
memberikan potongan karena lebih dari 10 hari. Jurnal saat pembayaran:
Kas                                   Rp. 3.000.000,-
         Piutang Dagang                                Rp. 3.000.000,-.
6. Retur Penjualan
Yaitu penerimaan (retur) barang yang telah dijual karena barang yang diterima
pembeli rusak, cacat atau tidak sesuai pesanan.
Contoh: Tgl. 2/1 Diterima barang yang telah dijual tgl 1/1 sebesar Rp. 300.000,-
karena rusak. Jurnalnya:
Retur Penjualan                  Rp. 300.000,-
          Piutang Dagang                                     Rp. 300.000,-.
Jika saat penjualan tunai maka yang dikredit rekening kas.
6. Biaya Angkut Penjualan
Yaitu pengeluaran ongkos angkut penjualan atas penjualan barang dimana
ongkos angkut ditanggung oleh penjual.
Contoh: Atas penjualan tgl. 1/1 dikenakan ongkos angkut sebesar Rp. 50.000,-.
Jurnalnya:
Biaya Angkut Penjualan         Rp. 50.000,-.
          Kas                                                        Rp. 50.000,-.

SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN


Untuk dapat menetapkan nilai persediaan pada akhir periode dan
menetapkan biaya persediaan selama satu periode, sistem persediaan yang
digunakan adalah:
1. Sistem Periodik yaitu pada setiap akhir periode dilakukan
perhitungan secara phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir.
Perhitungan tersebut meliputi pengukuran dan penimbangan barangbarang
yang ada pada akhir suatu periode untuk kemudian dikalikan
dengan suatu tingkat harga/biaya.
Perusahaan yang menerapkan sistem periodik umumnya memiliki
karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun nilainya relatif kecil.
Sebagai ilustrasi adalah kios majalah di sebuah pusat perkantoran dan
pertokoan yang menjual berbagai jenis majalah, koran, alat tulis,
aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan beraneka
ragam namun nilainya relatif kecil sehingga tidaklah efisien jika harus
mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil namun frekuensi transaksi
tinggi. Meskipun demikian sebenarnya pada saat ini alasan tersebut dapat
diabaikan dengan adanya teknologi komputer yang meMudahkan
pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko
retail.
2. Sistem Permanen yaitu melakukan pembukuan atas
persediaan secara terus menerus yaitu dengan membukukan setiap
transaksi persediaan baik pembelian maupun penjualan. Sistem perpetual
ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai yang tinggi
untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga
perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat
mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat rumah tangga
elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave)
Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang
digunakan untuk mencatat pembelian persediaan. Pada system pencatatan
periodik pembelian persediaan dicatat dengan mendebit akun pembelian
sehingga pada kahir periode akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat
harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir
periode. Contoh, pembelian secara tunai selama tahun 2011 senilai
Rp1.000.000,00. Persediaan akhir periode 2010 adalah Rp250.000,00.
Perhitungan fisik menunjukkan saldo persediaan pada akhir 2011 adalah
Rp300.000,00. Maka jurnal yang dibuat sbb:
Pembelian                                                 1.000.000,-
         Kas                                                                         1.000.000,-
(mencatat pembelian persediaan selama tahun2002)
Jurnal penyesuaian yang dibuat:
Harga pokok persediaan yang dijual             250.000,-
         Persediaan (awal)                                                       250.000,-
(menyesuaikan persediaan awal periode)
Harga pokok persediaan yang dijual           1.000.000,-
          Pembelian                                                              1.000.000,-
(menyesuaikan pembelian persediaan terhadap harga pokok)
Persediaan (akhir)                                         300.000,-
          Harga pokok persediaan yang dijual                        300.000,-
(menyesuaikan persediaan akhir periode)
Apabila perusahaan menggunakan system perpertual maka tidak diperlukan
jurnal penyesuain seperti di atas karena pembelian dan penjualan langsung
dicatat ke akun persediaan sehingga harga pokok persediaan yang dijual
maupun nilai persediaan akhir sudah tercermin dalam buku besar.
Persediaan                                                1.000.000,-
       Kas                                                                        1.000.000,-
(mencatat pembelian persediaan selama tahun 2002)
Harga pokok persediaan yang dijual             950.000,-
       Persediaan                                                                 950.000
(mencatat harga pokok barang yang dijual)*
* perhitungan harga pokok barang yang dijual = 250.000+1.000.000-300.000

KLASIFIKASI PERSEDIAAN

Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu
jumlah aktiva berwujud yang memenuhi kriteria (PSAK:
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14) yang menyatakan
bahwa persediaan adalah aktiva:
a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
b) dalam proses produksi dan atau perjalanan atau
c) dalam bentuk bahan (atau perlengkapan) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.
KLASIFIKASI PERSEDIAAN
Berdasarkan kriteria di atas, persediaan mencakup unsur-unsur sebagai
berikut:
a) Barang dagangan yaitu barang yang dibeli oleh perusahaan dari pihak lain
dalam kondisi sudah siap untuk dijual tanpa melakukan pemrosesan lebih
lanjut. Misalnya persediaan pedagang mobil akan terdiri dari mobil,
persediaan toko bahan makanan akan terdiri dari sayur, daging,
makanan/minuman dalam kaleng, bahan roti dan kue, dan lain-lain.
b) Bahan baku adalah barang-barang yang beli oleh perusahaan dalam
keadaan harus dikembangkan/diproses lebih lanjut yang akan menjadi
bagain utama dari barang jadi. Misalnya untuk memproduksi sepeda maka
bahan baku yang dibutuhkan adalah pipa baja.
c) Bahan pembantu adalah barang-barang yang beli oleh perusahaan dalam
rangka mendukung proses produksi sampai menjadi barang jadi. Misalnya
aksesoris perlengkapan sepeda merupakan bahan pembantu bagi
pembuatan sepeda.
d) Barang dalam proses adalah bahan yang sudah dimasukkan dalam suatu
proses produksi tetapi belum selesai diolah, sehingga baru menyerap
sebagian biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya pabrik.
Barang dalam proses dapat dilihat ketika anda berkunjung ke sebuah
pabrik yang sedang dalam proses produksi, misalnya pipa baja yang
sedang diproses dengan mesin agar menjadi bentuk yang diharapkan.
e) Barang jadi adalah produk selesai yang dihasilkan dari suatu pengolahan
produk dan telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja serta biaya
pabrik secara tuntas. Misalnya penyelesaian akhir dari sebuah
sepeda sehingga menjadi sepeda yang siap untuk dijual.
PENGENDALIAN INTERNAL PERSEDIAAN
Pengendaian internal atas persediaan merupakan hal yang penting,
terutama bagi perusahaan dagang karena nilainya sangat material. Oleh
karena itu umumnya perusahaan menerapkan pengendalian internal atas
persediaan sebagai berikut:
a) Perhitungan fisik persediaan dilakukan paling tidak satu tahun sekali,
apapun sistem pencatatan persediaan yang digunakan.
b) Membuat prosedur pembelian, penerimaan, dan pengiriman yang seefektif
mungkin.
c) Menyimpan persediaan dengan baik, untuk menghindarkan persediaan
dari pencurian, kerusakan atau penyusutan nilai persediaan.
d) Membatasi akses persediaan pada orang yang tidak mempunyai akses
pada pencatatan persediaan.
e) Menggunakan sistem perpetual untuk persediaan yang mempunyai nilai
tinggi.
f) Membeli persediaan dalam jumlah ekonomis.
g) Menyimpan persediaan dalam jumlah yang memadai sehingga
menghindari terjadi kekurangan persediaan yang menyebabkan hilangnya
penjualan namun juga tidak menyimpan persediaan terlalu banyak
sehingga menimbun dana pada persediaan.
Penghitungan fisik setidaknya setiap tahun harus dilakukan karena kita
akan dapat mengetahui secara pasti jumlah persediaan yang masih ada di
tangan. Hal ini perlu karena sistem akuntansi yang baik pun masih mungkin
terjadi kesalahan, misalnya karena ketidaksengajaan terjadi kesalahan
pencatatan. Oleh karena itu penghitungan fisik persediaan dimaksudkan untuk
mengoreksi kesalahan tersebut. Jika terjadi kesalahan pencatatan maka akan
dibuat penyesuaian sehingga pada akhirnya saldo persediaan menurut
pencatatan akan sama dengan perhitungan fisik.
Pemisahan antara pegawai yang menangani persediaan dari catatan
akuntansi merupakan hal yang penting, karena petugas yang mempunyai
akses pada persediaan dan juga akuntansinya akan dapat mencuri barang dari
gudang dan mengubah catatan akuntansinya untuk menutupi kecurangannya.
Sistem persediaan yang terkomputerisasi dapat membantu perusahaan
menjaga jumlah persediaan sehingga tidak kekurangan dan tidak pula terlalu
banyak.
Kepemilikan Persediaan
Suatu barang dikatakan sebagai persediaan jika barang tersebut benarbenar
dimiliki oleh perusahaan tanpa memandang lokasi persediaan tersebut.
Agar dapat disusun laporan keuangan secara wajar, maka harus ditentukan
apakah suatu elemen persediaan sudah secara sah menjadi hak milik
perusahaan. Masalah yang mungkin terjadi pada akhir periode dalam rangka
menentukan status kepemilikan persediaan, yakni antara lain:
a) Barang dalam perjalanan
Masalah yang timbul apabila barang masih dalam perjalanan adalah
sulitnya menentukan apakah barang tersebut masih menjadi hak milik
penjual atau sudah menjadi hak milik pembeli.
Oleh karena itu dalam menentukan saldo persediaan untuk satu periode
perusahaan harus mencatat jumlah barang dagangan dalam perjalanan.
b) Barang Konsinyasi
Perjanjian konsinyasi mengijinkan suatu perusahaan lain untuk
menyimpan persediaan dalam gudang mereka namun mereka tidak harus
membeli persediaan tersebut. Dengan perjanjian ini, pemasok
memberikan persediaan untuk dijual kembali dengan menahan
kepemilikan persediaan sampai terjualnya persediaan tersebut.

Senin, 05 Maret 2012

PSAK No.2 LAPORAN ARUS KAS

PENDAHULUAN
Tujuan
Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan
keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas
tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu
melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan
setara kas serta kepastian perolehannya .
Tujuan Pernyataan ini adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas
dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun
pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi.
Ruang Lingkup
01 Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam
Pernyataan ini dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak
terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan
keuangan .
02 Para pemakai laporan ingin mengetahui bagaimana perusahaan menghasilkan
dan menggunakan kas dan setara kas. Hal tersebut bersifat umum dan tidak
tergantung pada aktivitas perusahaan serta apakah kas dapat dipandang sebagai
produk perusahaan, seperti yang berlaku di lembaga keuangan. Pada dasarnya
perusahaan memerlukan kas dengan alasan yang sama meskipun terdapat
perbedaan dalam aktivitas penghasil pendapatan utama (revenue-producing
activities). Perusahaan membutuhkan kas untuk melaksanakan usaha, untuk
melunasi kewajiban, dan untuk membagikan dividen kepada para investor.
Pernyataan ini mewajibkan semua perusahaan menyajikan laporan arus kas.
Kegunaan Informasi Arus Kas
03 Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan
arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk
mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan
(termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah
serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan
peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai
mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus
kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut
juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan
karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda
terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.
04 Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah,
waktu, dan kepastian arus kas masa depan. Di samping itu informasi arus kas juga
berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah
dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus
kas bersih serta dampak perubahan harga.
Definisi
05 Beberapa istilah yang dipergunakan dalam Pernyataan-ini masing-masing
didefinisikan sebagai berikut:
Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.
Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka
pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan
Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal
revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan.
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta
investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan
dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan .
Kas dan Setara Kas
06 Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk
investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus
segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Karenanya, suatu investasi baru
dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika segera akan jatuh tempo
dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya. Investasi dalam
bentuk saham tidak termasuk setara kas, kecuali substansi investasi saham tersebut
adalah setara kas. Sebagai contoh, saham preferen yang dibeli dan akan segera
jatuh tempo serta tanggal penebusan (redemption date) telah ditentukan.
07 Pinjaman bank pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan . Namun demikian,
cerukan (bank overdraft) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan
kas perusahaan. Dalam keadaan tersebut, cerukan termasuk komponen kas dan
setara kas. Karakteristik dari pengaturan perbankan tersebut timbulnya fluktuasi
saldo bank dari positif ke overdraft.
08 Arus kas tidak mencakupi mutasi di antara pos-pos yang termasuk dalam kas
atau setara kas, karena komponen tersebut lebih merupakan bagian dari
pengelolaan kas perusahaan dan bukan sebagai bagian dari aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan .
 
PENJELASAN
Penyajian Laporan Arus Kas
09 Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
10 Perusahaan menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan
dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut. Klasifikasi
menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna
laporan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan
perusahaan serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat juga
digunakan untuk mengevaluasi hubungan di antara ketiga aktivitas tersebut.
11 Suatu transaksi tertentu dapat meliputi arus kas yang diklasifikasi ke dalam lebih
dari satu aktivitas. Sebagai contoh, jika pelunasan pinjaman bank meliputi pokok
pinjaman dan bunga, maka bunga merupakan unsur yang dapat diklasifikasikan
sebagai aktivitas operasi dan pokok pinjaman merupakan unsur yang diklasifikasikan
sebagai aktivitas pendanaan.
Aktivitas operasi
12 Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang
menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang
cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,
membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber
pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama
dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
13 Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama
pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal
dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi
bersih. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:
- penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;
- penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain;
- pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
- pembayaran kas kepada karyawan;
- penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan
dengan premi, klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya;
- pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali
jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas
pendanaan dan investasi;
- penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan
transaksi usaha dan perdagangan.
Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan
keuntungan atau kerugian yang dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi
bersih. Arus kas yang menyangkut transaksi semacam itu merupakan arus kas dari
aktivitas investasi.
14 Perusahaan sekuritas dapat memiliki sekuritas untuk diperdagangkan sehingga
sama dengan persediaan yang dibeli untuk dijual kembali. Karenanya, arus kas yang
berasal dari pembelian dan penjualan dalam transaksi atau perdagangan sekuritas
tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi. Sama halnya dengan pemberian
kredit oleh lembaga keuangan juga harus diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi,
karena berkaitan dengan aktivitas penghasil utama pendapatan lembaga keuangan
tersebut.
penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi
usaha dan perdagangan.
Aktivitas Investasi
15 Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu
dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan
dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi adalah:
- pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva
jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan
aktiva tetap yang dibangun sendiri;
- penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tak
berwujud dan aktiva jangka panjang lain;
- perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain;
- uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya
(kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan);
- pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward contracts,
option contracts dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan
untuk tujuan perdagangan (dealing or trading), atau apabila pembayaran
tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan;
Jika suatu kontrak dimaksudkan untuk menangkal (hedge) suatu posisi yang dapat
diidentifikasi, maka arus kas dari kontrak tersebut diklasifikasikan dengan cara yang
sama seperti arus kas dari posisi yang ditangkalnya.

Aktivitas Pendanaan
16 Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu
dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan
oleh para pemasok modal perusahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari
aktivitas pendanaan adalah:
- penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya
- pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus
saham perusahaan
- penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik dan pinjaman
lainnya
- pelunasan pinjaman
- pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo
kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (finance
lease).
Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Operasi
17 Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan
menggunakan salah satu dari metode berikut ini:
a. metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas
bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau
b. metode tidak langsung: dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan
dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan
(deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi
dimasa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang
berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan .
18 Perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan
menggunakan metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna
dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan
metode tidak langsung. Dengan metode langsung, informasi mengenai kelompok
utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh baik:
a. dari catatan akuntansi perusahaan; atau
b. dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan dan pos-pos lain
dalam laporan laba rugi untuk:
o perubahan persediaan, piutang usaha, dan hutang usaha selama
periode berjalan;
o pos bukan kas lainnya; dan
o pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.
19 Dalam metode tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan
dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh:
a. perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang usaha selama periode
berjalan;
b. pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan,
keuntungan dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi, laba
perusahaan asosiasi yang belum dibagikan dan hak minoritas dalam laba/rugi
konsolidasi; dan
c. semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Sebagai alternatif, berdasarkan arus kas bersih dari aktivitas operasi dapat
dilaporkan (tidak langsung) dengan menyajikan pendapatan dan beban yang
diungkapkan dalam laporan laba rugi serta perubahan dalam persediaan, piutang
usaha dan hutang usaha selama periode.
Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan
20 Perusahaan harus melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas
bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan
pendanaan, kecuali sebagaimana dijelaskan pada paragraf 21 dan 23 arus kas
dilaporkan atas dasar arus kas bersih.
Pelaporan Arus Kas atas Dasar Arus Kas Bersih
21 Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan berikut ini
dapat disajikan menurut arus kas bersih:
a. penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan para pelanggan apabila
arus kas tersebut lebih mencerminkan aktivitas pelanggan daripada aktivitas
perusahaan; dan
b. penerimaan dan pengeluaran kas untuk pos-pos dengan perputaran cepat,
dengan volume transaksi yang besar, dan dengan jangka waktu singkat
(maturity short).
22 Beberapa contoh penerimaan dan pembayaran kas sebagaimana dijelaskan pada
paragraf 21 (a) adalah:
- penerimaan dan pembayaran rekening giro;
- dana pelanggan yang dikelola oleh perusahaan investasi; dan
- sewa yang ditagih oleh pengelola dan selanjutnya disetor kepada pemilik
properti.
Beberapa contoh penerimaan dan pengeluaran kas sebagaimana dijelaskan pada
paragraf 21 (b) adalah pembayaran dan penerimaan untuk:
- transaksi kartu kredit para nasabah;
- pembelian dan penjualan surat-surat berharga; dan
- pinjaman jangka pendek lain dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan atau kurang.
23 Arus kas yang berasal dari aktivitas suatu lembaga keuangan berikut ini dapat
dilaporkan dengan dasar arus kas bersih:
- penerimaan dan pembayaran kas sehubungan dengan deposito berjangka
waktu tetap;
- penempatan dan penarikan deposit pada lembaga keuangan lainnya; dan
- pemberian dan pelunasan kredit.
Arus Kas dalam Mata Uang Asing
24 Arus kas yang berasal dari transaksi dalam valuta asing harus dibukukan dalam
mata uang yang digunakan dalam pelaporan keuangan dengan menjabarkan jumlah
mata uang asing tersebut menurut kurs pada tanggal transaksi arus kas.
25 Arus kas anak perusahaan di luar negeri dijabarkan berdasarkan kurs transaksi
pada tanggal arus kas.
26 Arus kas dalam mata uang asing dilaporkan sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing. Pernyataan
tersebut memperkenankan digunakannya suatu kurs yang mendekati kurs
sebenarnya. Sebagai contoh, kurs rata-rata untuk periode yang bersangkutan dapat
digunakan untuk membukukan transaksi dalam mata uang asing atau penjabaran
arus kas anak perusahaan luar negeri. Akan tetapi, tidak diperkenankan
digunakannya kurs tanggal neraca untuk menjabarkan laporan arus kas anak
perusahaan luar negeri.
27 Keuntungan dan kerugian yang belum d irealisasi yang timbul akibat perubahan
kurs bukan merupakan arus kas. Namun demikian, pengaruh perubahan kurs
terhadap kas dan setara kas dalam mata uang asing dilaporkan dalam laporan arus
kas untuk merekonsiliasikan saldo awal dan akhir kas dan setara kas. Jumlah selisih
kurs tersebut disajikan terpisah dari arus kas aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan.
Pos Luar Biasa
28 Arus kas sehubungan dengan pos luar biasa harus diklasifikasi sebagai aktivitas
operasi, investasi dan pendanaan sesuai dengan sifat transaksinya dan diungkapkan
secara terpisah.
29 Arus kas yang menyangkut pos luar biasa diungkapkan secara tersendiri pada
arus kas aktivitas operasi, investasi atau pendanaan dalam laporan arus kas, agar
para pemakai dapat memahami hakekat dan pengaruhnya terhadap arus kas saat ini
dan masa mendatang. Pengungkapan tersebut dilakukan sebagai tambahan dari
pengungkapan terpisah mengenai hakekat dan jumlah dari pos luar biasa yang
dipersyaratkan dalam Pernyataan Akuntansi Keuangan No. 25 tentang Laba atau
Rugi Bersih Untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan
Akuntansi.
Bunga dan Dividen
30 Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, masing-masing
harus diungkapkan tersendiri. Masing- masing harus diklasifikasi secara konsisten
antar periode sebagai aktivitas operasi, investasi atau pendanaan.
31 Jumlah bunga yang dibayar selama suatu periode diungkapkan dalam laporan
arus kas baik yang telah diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi maupun yang
dikapitalisasi menurut alternatif perlakuan yang diperkenankan dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 18 tentang Akuntansi Bunga untuk Periode
Konstruksi.
32 Bunga yang dibayar dan bunga serta dividen yang diterima oleh lembaga
keuangan biasanya diklasifikasikan sebagai arus kas operasi. Namun demikian, bagi
perusahaan lain belum ada kesepakatan mengenai klasifikasi arus kas ini. Bunga
yang dibayarkan dan bunga serta div iden yang diterima dapat diklasifikasi sebagai
arus kas operasi karena mempengaruhi laba atau rugi bersih. Sebagai alternatif,
bunga yang dibayar dan bunga serta dividen yang diterima dapat diklasifikasi,
masing-masing sebagai arus kas pendanaan dan arus kas investasi karena
merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan atau sebagai hasil investasi
(return on investments).
33 Dividen yang dibayar dapat diklasifikasi sebagai arus kas pendanaan karena
merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan. Sebagai alternatif, dividen yang
dibayar dapat diklasifikasi sebagai komponen arus kas dari aktivitas operasi dengan
maksud untuk membantu para pengguna laporan arus kas dalam menilai
kemampuan perusahaan membayar dividen dari arus kas operasi.
Pajak Penghasilan
34 Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan harus diungkapkan tersendiri
dan diklasifikasi sebagai arus kas aktivitas operasi kecuali jika secara spesifik dapat
diidentifikasikan sebagai aktivitas pendanaan dan investasi.
35 Pajak penghasilan atas pendapatan yang diterima dapat diklasifikasikan sebagai
aktivitas operasi, investasi, atau pendanaan dalam laporan arus kas. Walaupun
beban pajak penghasilan (tax expense) dapat dengan mudah diidentifikasikan
dengan aktivitas investasi atau pendanaan, arus kas yang bersangkutan seringkali
tidak mudah diidentifikasikan dan dapat terjadi dalam periode yang berbeda dengan
transaksi arus kas yang mendasarinya. Oleh karena itu, pajak yang dibayar biasanya
diklasifikasikan sebagai arus kas dari aktivitas operasi. Namun demikian, jika arus
kas pajak tersebut dapat diidentifikasikan dengan transaksi individual yang
menimbulkan arus kas yang bersangkutan, maka arus kas tersebut diklasifikasi
sebagai aktivitas pendanaan atau investasi, sesuai dengan jenis aktivitas tersebut.
Apabila arus kas pajak dialokasikan pada lebih dari satu jenis aktivitas, maka jumlah
keseluruhan pajak yang dibayar harus diungkapkan.
Investasi Pada Anak Perusahaan, Perusahaan Asosiasi dan Joint Venture
36 Apabila akuntansi untuk investasi pada perusahaan asosiasi atau anak
perusahaan dibukukan dengan menggunakan metode ekuiti atau metode biaya
perolehan, maka investor membatasi pelaporannya dalam laporan arus kas sejumlah
arus kas yang terjadi antara investor dan investee, misalnya sejumlah dividen dan
uang muka yang diterima.
Perolehan dan Pelepasan (Disposal) Anak Perusahaan dan Unit Bisnis
lainnya
37 Keseluruhan arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan anak
perusahaan atau unit bisnis lainnya harus diungkapkan secara terpisah dan
diklasifikasi sebagai aktivitas investasi .
38 Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut secara keseluruhan,
sehubungan dengan perolehan dan pelepasan anak perusahaan dan unit bisnis
lainnya selama satu periode:
a. jumlah harga perolehan atau pelepasan;
b. bagian nilai perolehan atau pelepasan yang dibayarkan dengan kas dan
setara kas.
c. jumlah kas dan setara kas pada anak perusahaan atau unit bisnis yang
diperoleh atau dilepaskan; dan
d. jumlah aktiva dan kewajiban selain kas atau setara kas pada anak
perusahaan atau unit bisnis yang diperoleh atau dilepaskan, diikhtisarkan
berdasarkan kategori utamanya.
39 Penyajian tersendiri pengaruh arus kas dari akuisisi dan pelepasan anak
perusahaan dan unit bisnis lainnya sebagai suatu pos tunggal, bersama-sama
dengan pengungkapan tersendiri jumlah aktiva dan kewajiban yang diakuisisi akan
membantu membedakan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan lainnya. Pengaruh arus kas dari pelepasan tidak boleh dikurangkan dari
arus kas dalam rangka akuisisi.
40 Jumlah keseluruhan kas yang dibayarkan untuk pembelian atau diterima atas
pelepasan tersebut dilaporkan dalam laporan arus kas setelah memperhitungkan
dalam jumlah neto yaitu kas atau setara kas yang diperoleh atau dibayarkan.

Transaksi bukan Kas
41 Transaksi investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas atau
setara kas harus dikeluarkan dari laporan arus kas. Transaksi semacam itu harus
diungkapkan sedemikian rupa pada catatan atas laporan keuangan sehingga dapat
memberikan semua informasi yang relevan mengenai aktivitas investasi dan
pendanaan tersebut.
42 Terdapat aktivitas investasi dan pendanaan yang tidak mempunyai pengaruh
langsung terhadap arus kas periode berjalan meskipun mempengaruhi struktur
aktiva serta modal perusahaan. Tidak dimasukannya transaksi bukan kas dalam
laporan arus kas ini konsisten dengan tujuan laporan arus kas sebab transaksi
tersebut tidak mempengaruhi arus kas dalam periode berjalan. Beberapa contoh
transaksi non kas adalah:
- perolehan aktiva secara kredit atau melalui sewa guna usaha pembiayaan
(finance lease);
- akuisisi perusahaan melalui emisi saham; dan
- konversi hutang menjadi modal.
Komponen Kas dan Setara kas
43 Perusahaan harus mengungkapkan komponen kas dan setara kas dan harus
menyajikan rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang
sama yang disajikan di neraca.
44 Karena keanekaragaman praktek pengelolaan kas dan perbankan dan agar sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, perusahaan harus
mengungkapkan kebijaksanaan yang dianut dalam menentukan komponen kas dan
setara kas.
45 Pengaruh setiap perubahan dalam kebijaksanaan untuk menentukan komponen
kas dan setara kas seperti misalnya perubahan dalam klasifikasi instrumen keuangan
yang sebelumnya diperlakukan sebagai bagian dari portofolio investasi perusahaan,
dilaporkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 tentang
Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan
Kebijakan Akuntansi.
Pengungkapan Lain
46 Perusahaan harus mengungkapkan jumlah saldo kas dan setara kas yang
signifikan yang tidak dapat digunakan dengan bebas, oleh perusahaan atau group
usaha tersebut.
47 Dalam keadaan tertentu saldo kas dan setara kas yang dimiliki oleh perusahaan
tidak dapat digunakan dengan bebas oleh group perusahaan. Misalnya, saldo kas
dan setara kas milik anak perusahaan yang beroperasi di suatu negara yang
memberlakukan lalu lintas devisa atau memberlakukan pembatasan hukum lainnya
sehingga saldo kas tersebut tidak dapat dialihkan oleh anak perusahaan kepada
induk perusahaan.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 2
LAPORAN ARUS KAS
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2 terdiri dari paragraf 48-67.
Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-147.
48 Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam
Pernyataan ini dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak
terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan
keuangan .
Penyajian Laporan Arus Kas
49 Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas operasi
50 Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan
menggunakan salah satu dari metode berikut ini:
a. metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas
bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau
b. metode tidak langsung: dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan
dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan
(deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi
dimasa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang
berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan
51 Perusahaan harus melaporkan secara terpisah kelo mpok utama penerimaan kas
bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan
pendanaan, kecuali sebagaimana dijelaskan pada paragraf 21 dan 23 arus kas
dilaporkan atas dasar arus kas bersih.
Pelaporan Arus Kas atas Dasar Arus Kas Bersih
52 Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan berikut ini
dapat disajikan menurut arus kas bersih:
a. penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan para pelanggan apabila
arus kas tersebut lebih mencerminkan aktivitas pelanggan daripada aktivitas
perusahaan; dan
b. penerimaan dan pengeluaran kas untuk pos-pos dengan perputaran cepat,
dengan volume transaksi yang besar, dan dengan jangka waktu singkat
(maturity short).
53 Arus kas yang berasal dari aktivitas suatu lembaga keuangan berikut ini dapat
dilaporkan dengan dasar arus kas bersih:
- penerimaan dan pembayaran kas sehubungan dengan deposito berjangka
waktu tetap;
- penempatan dan penarikan deposit pada lembaga keuangan lainnya; dan
- pemberian dan pelunasan kredit.
Arus Kas dalam Mata Uang Asing
54 Arus kas yang berasal dari transaksi dalam valuta asing harus dibukukan dalam
mata uang yang digunakan dalam pelaporan keuangan dengan menjabarkan jumlah
mata uang asing tersebut menurut kurs pada tanggal transaksi arus kas.
55 Arus kas anak perusahaan di luar negeri dijabarkan berdasarkan kurs transaksi
pada tanggal arus kas.
Pos Luar Biasa
56 Arus kas sehubungan dengan pos luar biasa harus diklasifikasi sebagai aktivitas
operasi, investasi dan pendanaan sesuai dengan sifat transaksinya dan diungkapkan
secara terpisah.
Bunga dan Dividen
57 Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, masing-masing
harus diungkapkan tersendiri. Masing- masing harus diklasifikasi secara konsisten
antar periode sebagai aktivitas operasi, investasi atau pendanaan.
Pajak Penghasilan
58 Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan harus diungkapkan tersendiri
dan diklasifikasi sebagai arus kas aktivitas operasi kecuali jika secara spesifik dapat
diidentifikasikan sebagai aktivitas pendanaan dan investasi.
Perolehan dan Pelepasan (Disposal) Anak perusahaan dan Unit Bisnis
lainnya
59 Keseluruhan arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan anak
perusahaan atau unit bisnis lainnya harus diungkapkan secara terpisah dan
diklasifikasi sebagai aktivitas investasi .
60 Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut secara keseluruhan,
sehubungan dengan perolehan dan pelepasan anak perusahaan dan unit bisnis
lainnya selama satu periode:
a. jumlah harga perolehan atau pelepasan;
b. bagian nilai perolehan atau pelepasan yang dibayarkan dengan kas dan
setara kas.
c. jumlah kas dan setara kas pada anak perusahaan atau unit bisnis yang
diperoleh atau dilepaskan; dan
PSAK No.2 Laporan Arus Kas
16 of 24
d. jumlah aktiva dan kewajiban selain kas atau setara kas pada anak
perusahaan atau unit bisnis yang diperoleh atau dilepaskan, diikhtisarkan
berdasarkan kategori utamanya.
Transaksi bukan Kas
61 Transaksi investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas atau
setara kas harus dikeluarkan dari laporan arus kas. Transaksi semacam itu harus
diungkapkan sedemikian rupa pada catatan atas laporan keuangan sehingga dapat
memberikan semua informasi yang relevan mengenai aktivitas investasi dan
pendanaan tersebut.
Komponen Kas atau Setara Kas
62 Perusahaan harus mengungkapkan komponen kas dan setara kas dan harus
menyajikan rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang
sama yang disajikan di neraca .
Pengungkapan Lain
63 Perusahaan harus mengungkapkan jumlah saldo kas dan setara kas yang
signifikan yang tidak dapat digunakan dengan bebas, oleh perusahaan atau grup
usaha tersebut.
Masa Transisi
64 Pernyataan ini berla ku secara prospektif dan pada saat permulaan pelaksanaan
Pernyataan ini bila disusun laporan keuangan komparatif, maka Laporan Arus Kas
tidak wajib disusun secara komparatif.
Tanggal Efektif
65 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan
yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini sangat
dianjurkan.

PSAK No. 1 PENGUNGKAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

PENDAHULUAN
Tujuan
Tujuan dari standar akuntansi keuangan dan lampirannya dikemukakan dalam
Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan.
Ruang Lingkup
01 Pernyataan ini berkenaan dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang
digunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Definisi
02 Definisi laporan keuangan yang telah dikemukakan dalam Kerangka Dasar
Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan diulang di sini untuk lebih
memudahkan pembahasan. Istilah laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana),dan catatan atas
laporan keuangan, laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan.

PENJELASAN
03 Manajemen suatu perusahaan menyiapkan laporan keuangan dengan
menggunakan cara yang berbeda sesuai dengan tujuan perusahaan masing- masing.
Laporan keuangan harus mengikuti standar akuntansi keuangan bila diterbitkan
untuk orang lain, seperti pemegang saham, kreditur, karyawan dan masyarakat luas.
04 Laporan keuangan biasanya tersedia tiap tahun akuntansi dan menjadi obyek
laporan audit.
Asumsi Dasar Akuntansi
05 Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu mendasari penyusunan
laporan keuangan, biasanya tidak diungkapkan secara spesifik. Pengungkapan
diperlukan jika tidak mengikuti asumsi atau konsep tersebut disertai alasan dan
penjelasan .
06 Ikatan Akuntan Indonesia mengakui asumsi dasar akuntansi sebagai:
a. Kelangsungan Usaha
Suatu entitas ekonomi diasumsikan terus melakukan usahanya secara
berkesinambungan tanpa maksud untuk dibubarkan, kecuali bila ada bukti
sebaliknya. Perusahaan dianggap akan melanjutkan usahanya untuk waktu
mendatang yang dapat diduga, tidak bermaksud atau berkepentingan dengan
likuidasi atau penutupan usaha.
b. Akrual
Pengukuran aktiva, kewajiban, pendapatan, beban serta perubahannya diakui
pada saat terjadi, tidak pada saat uang diterima atau dibayarkan, dicatat dan
berpengaruh pada laporan keuangan pada periode kejadian.
Kebijakan Akuntansi
07 Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi,
peraturan dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat digunakan
untuk subjek yang sama. Pertimbangan dan atau pemilihan perlu disesuaikan
dengan kondisi perusahaan. Sasaran pilihan kebijakan yang paling tepat akan
menggambarkan realitas ekonomi perusahaan secara tepat dalam bentuk keadaan
keuangan dan hasil operasi.
08 Tiga pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi yang paling
tepat dan penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:
a. Pertimbangan Sehat
Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut harusnya diakui
dalam penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak membenarkan
penciptaan cadangan rahasia atau disembunyikan.
b. Substansi Mengungguli Bentuk
Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan
sesuai dengan hakekat transaksi dan realitas kejadian, tidak semata-mata
mengacu bentuk hukum transaksi atau kejadian.
c. Materialitas
Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup
material yang mempengaruhi evaluasi atau keputusan-keputusan.
09 Laporan keuangan harus jelas dan dapat dimengerti, berdasar pada kebijakan
akuntansi yang berbeda di antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain, dalam
satu negara maupun antar negara. Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam
laporan keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti.
Pengungkapan kebijakan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan keuangan. Pengungkapan hal ini sangat membantu pemakai laporan
keuangan, karena kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah digunakan
untuk suatu komponen neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, atau laporan
lainnya terbias dari pengungkapan kebijakan terpilih.

Pemakai Laporan Keuangan
10 Laporan keuangan mengandung informasi bagi pemakai yang berbeda-beda,
seperti pemegang saham, kreditur dan karyawan. Pemakai penting lain meliputi
pemasok, pelanggan, organisasi perdagangan, analis keuangan, calon investor,
penjamin, ahli statistik, ahli ekonomi, petugas pajak dan pihak yang berwenang
membuat peraturan.
11 Para pemakai laporan keuangan membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi
terpilih sebagai bagian dari informasi yang dibutuhkan, untuk membuat penilaian,
dan keputusan keuangan dan keperluan lain. Mereka tidak dapat membuat penilaian
handal jika laporan keuangan tidak mengungkapkan dengan jelas kebijakan
akuntansi terpilih yang penting dalam penyusunan laporan keuangan.
Keanekaragaman Kebijakan Akuntansi dan Pengungkapannya
12 Tugas interpretasi laporan keuangan sulit dilaksanakan jika menggunakan
berbagai kebijakan beberapa bidang (akuntansi keuangan, akuntansi manajemen,
dan lain-lain) atau wilayah akuntansi yang berbeda (wilayah akuntansi per negara,
kumpulan negara dan lain-lain)
Di dunia belum ada sebuah daftar tunggal kebijakan akuntansi dapat digunakan
bersama-sama, sehingga para pemakai dapat memilih dari daftar tunggal itu,
sehingga perbedaan pilihan kebijakan berdasar pertimbangan kejadian, syarat dan
kondisi yang serupa.
Contoh berikut adalah bidang yang menimbulkan perbedaan kebijakan akuntansi dan
karena itu diperlukan pengungkapan atas perlakuan akuntansi terpilih:
Umum
- Kebijakan konsolidasi
- Konversi atau penjabaran mata uang asing meliputi pengakuan keuntungan
dan kerugian pertukaran
- Kebijakan penilaian menyeluruh seperti harga perolehan, daya beli umum,
nilai penggantian
- Peristiwa setelah tanggal neraca
- Sewa guna usaha, sewa beli atau transaksi cicilan dan bunga
- Pajak
- Kontrak jangka panjang
- Franchise atau waralaba
Aktiva
- Piutang
- Persediaan (persediaan dan barang dalam proses) dan beban pokok
penjualannya
- Aktiva dapat disusutkan dan penyusutan
- Tanaman belum menghasilkan
- Tanah yang dimiliki untuk pembangunan dan biaya pembangunan
- Investasi pada anak perusahaan, investasi dalam perusahaan asosiasi dan
investasi lain
- Penelitian dan pengembangan
- Paten dan merek dagang
- Goodwill
Kewajiban dan Penyisihan
- Jaminan
- Komitmen dan kontinjensi
- Biaya pensiun dan tunjangan hari tua
- Pesangon dan uang penggantian
Keuntungan dan kerugian
- Metode pengakuan pendapatan
- Pemeliharaan, reparasi-perbaikan (repairs), dan penyempurnaan -
penambahan (improvement)
- Untung-rugi penjualan aktiva
- Akuntansi Dana, wajib atau tak wajib, termasuk pembebanan dan
pengkreditan langsung ke perkiraan surplus
13 Kebijakan akuntansi dewasa ini tidak secara teratur dan tidak secara penuh
diungkapkan dalam semua laporan keuangan. Perbedaan besar masih terjadi dalam
bentuk, kejelasan dan kelengkapan pengungkapan yang ada dalam suatu negara
maupun antar negara atas kebijakan akuntansi harus diungkapkan. Dalam sebuah
laporan keuangan, beberapa kebijakan akuntansi yang penting telah diungkapkan
sementara kebijakan akuntansi yang penting lain tidak diungkapkan.
Bahkan pada negara-negara yang mewajibkan pengungkapan atas kebijakan
akuntansi penting, tak selalu tersedia pedoman yang menjamin keseragaman
metode pengungkapan. Pertumbuhan perusahaan multinasional dan pertumbuhan
teknologi keuangan internasional telah memperbesar kebutuhan keseragaman
laporan keuangan melewati batas negara.
14 Laporan keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka-angka dengan
periode sebelumnya. Jika perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material,
perubahan kebijakan perlu diungkapkan, dampak perubahan secara kuantitatif harus
dilaporkan.
Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai pengaruh material dalam
tahun perubahan juga harus diungkapkan jika berpengaruh secara material terhadap
tahun-tahun yang akan datang .

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 terdiri dari paragraf 15-22.
Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-14 dan Kerangka Dasar Penyusunan dan Pelaporan Informasi Keuangan.
15 Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi adalah kelangsungan usaha dan dasar
akrual. Jika asumsi dasar akuntansi tersebut telah dipatuhi dalam laporan keuangan,
pengungkapan atas asumsi tersebut tidak diperlukan. Bila asumsi dasar akuntansi
tersebut tidak diikuti, maka penyimpangan tersebut harus diungkapkan bersama
dengan alasannya.
16 Pertimbangan sehat, substansi mengungguli bentuk dan materialitas harus
menjadi pertimbangan pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi.
17 Laporan keuangan harus mencantumkan pengungkapan jelas ringkas dari semua
kebijakan akuntansi penting terpilih-digunakan .
18 Pengungkapan kebijakan akuntansi penting terpilih digunakan harus merupakan
bagian integral la poran keuangan. Kumpulan kebijakan-kebijakan tersebut lazimnya
diungkapkan pada suatu tempat tertentu dalam Laporan Keuangan.
19 Perlakuan salah atau tidak tepat atas komponen neraca, laporan laba rugi atau
laporan lain tidak diperbaiki oleh pengungkapan kebijakan akuntansi terpilihdigunakan
dan atau tidak diperbaiki dalam catatan atas laporan keuangan atau
penjelasan tambahan.
20 Laporan keuangan harus memperlihatkan hubungan informasi dengan periode
sebelum dan setelahnya.
21 Perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material periode sekarang atau
dapat berpengaruh material periode yang akan datang harus diungkapkan bersama
alasannya. Pengaruh perubahan, jika material, harus diungkapkan secara kuantitatif.

Tanggal Efektif
22 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan
yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini sangat
dianjurkan.

LAPORAN ARUS KAS DAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Laporan Arus Kas
Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut. PSAK 2 mengatur persyaratan penyajian dan pengungkapan informasi arus kas.

Catatan atas Laporan Keuangan
Struktur catatan atas laporan keuangan:
(a) menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu
(b) mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di bagian manapun dalam
laporan keuangan; dan
(c) memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi
tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.

Entitas, sepanjang praktis, menyajikan catatan atas laporan keuangan secara sistematis. Entitas membuat referensi silang atas masing-masing pos dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif,
laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk informasi
yang berhubungan dalam catatan atas laporan keuangan.

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
(a) total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah total jumlah yang
dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non-pengendali;
(b) untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara
retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25;
(c) untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara
terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari:
(i) laba rugi;
(ii) masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan
(iii) transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian.
Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode, dan nilai dividen per saham.

LAPORAN LABA RUGI

Laporan Laba Rugi Komprehensif
Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode:
(a) dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau
(b) dalam bentuk dua laporan:
(i) laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah); dan
(ii) laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif lain (laporan pendapatan komprehensif).

Informasi yang Disajikan dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif
Laporan laba rugi komprehensif, sekurangkurangnya mencakup penyajian jumlah pos-posberikut
selama suatu periode:
(a) pendapatan;
(b) biaya keuangan;
(c) bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode
ekuitas;
(d) beban pajak;
(e) suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari:
(i) laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan; dan
(ii) keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi
yang dihentikan;
(f) laba rugi;
(g) setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain
jumlah dalam huruf (h));
(h) bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas; dan
(i) total laba rugi komprehensif.
Entitas mengungkapkan pos-pos di bawah ini dalam laporan laba rugi komprehensif sebagai alokasi laba
rugi untuk periode:
(a) laba rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan
kepada:
(i) kepentingan non-pengendali; dan
(ii) pemilik entitas induk
(b) total laba rugi komprehensif periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
(i) kepentingan non-pengendali; dan
(ii) pemilik entitas induk

PERBEDAAN ASET LANCAR DAN TIDAK LANCAR; LAIBILITAS JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG


Entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancar dan laibilitas jangka pendek dan jangka panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam laporan posisi keuangan sesuai, kecuali penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat diandalkan. Jika pengecualian tersebut diterapkan, maka entitas menyajikan seluruh aset dan laibilitas berdasarkan urutan likuiditas.

Apapun metode penyajian yang digunakan, entitas mengungkapkan jumlah yang diharapkan dapat dipulihkan atau diselesaikan setelah lebih dari dua belas bulan untuk setiap pos aset dan laibilitas yang menggabungkan jumlah yang diharapkan akan dipulihkan atau diselesaikan:
(a) tidak lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan; dan
(b) lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan

Aset Lancar
Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika:
(a) entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau menggunakannya,
dalam siklus operasi normal;
(b) entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;
(c) entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan;
atau
(d) kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK 2: Laporan Arus Kas) kecuali aset tersebut
dibatasi pertukarannya atau penggunaannya untuk menyelesaikan laibilitas sekurang-kurangnya 12
bulan setelah periode pelaporan. Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk
kategori tersebut sebagai aset tidak lancar.

Laibilitas Jangka Pendek
Suatu laibilitas diklasifikasikan sebagai laibilitas jangka pendek jika:
(a) entitas mengharapkan akan menyelesaikan laibilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya;
(b) entitas memiliki laibilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
(c) laibilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode
pelaporan; atau
(d) entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas selama sekurangkurangnya
12 bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasi laibilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai laibilitas jangka panjang.

LAPORAN POSISI KEUANGAN

Informasi yang Disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut:
(a) aset tetap;
(b) properti investasi;
(c) aset tidak berwujud;
(d) aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan pada (e), (h) dan (i));
(e) investasi dengan menggunakan metode ekuitas;
(f) aset biolojik;
(g) persediaan;
(h) piutang dagang dan piutang lainnya;
(i) kas dan setara kas;
(j) total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset yang termasuk dalam
kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58;
(k) utang dagang dan terutang lainnya;
(l) kewajiban diestimasi;
(m) laibilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam (k) dan (l));
(n) laibilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46;
(o) laibilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46;
(p) laibilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58;
(q) kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas; dan
(r) modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.

Entitas menyajikan pos-pos tambahan, judul dan subtotal dalam laporan posisi keuangan jika penyajian
tersebut relevan untuk pemahaman posisi keuangan entitas.
Ketika entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancar dan laibilitas jangka pendek dan jangka panjang
sebagai klasfikasi yang terpisah dalam laporan posisi keuangan, maka aset (laibilitas) pajak tangguhan tidak
boleh diklasifikasikan sebagai aset lancar (laibilitas jangka pendek).

LAPORAN KEUANGAN

Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
(a) aset;
(b) liabilitas;
(c) ekuitas;
(d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
(e) kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;dan
(f) arus kas.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

Komponen Laporan Keuangan Lengkap
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
(a) laporan posisi keuangan pada akhir periode;
(b) laporan laba rugi komprehensif selama periode
(c) laporan perubahan ekuitas selama periode;
(d) laporan arus kas selama periode;
(e) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan
lainnya; dan
(f) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Entitas diperkenankan menggunakan judul laporan selain yang digunakan dalam Pernyataan ini.

SIKLUS AKUNTANSI



Siklus akuntansi adalah serangkaian kegiatan yang diawali dengan transaksi dan berakhir dengan penutupan pembukuan – berakhirnya seluruh proses pencatatan pada periode tertentu, proses ini diulang setiap periode pelaporan. Siklus akuntansi mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
  • Mengidentifikasi transaksi.
  • Menyiapkan dokumen sumber transaksi seperti nota pembelian, faktur dll
  • Menganalisis dan mengklasifikasikan transaksi. Langkah ini melibatkan kuantifikasi transaksi dalam bentuk uang, mengidentifikasi account yang terkena dampak dan apakah akun tersebut harus didebet atau dikreditkan.
  • Mencatat transaksi dengan membuat entri di jurnal yang sesuai, seperti jurnal penjualan, jurnal pembelian, jurnal penerimaan kas atau pengeluaran, atau jurnal umum dan entri tersebut dibuat dalam urutan kronologis.
  • Post entri jurnal ke buku besar. Langkah ini dilakukan selama periode akuntansi sebagai transaksi terjadi atau dalam proses batch periodik.
  • Menyiapkan neraca percobaan untuk memastikan bahwa debet kredit sama. Saldo percobaan adalah daftar dari semua buku besar, dengan debet di kolom kiri dan kredit di kolom kanan. Pada titik ini belum ada entri menyesuaikan. Jumlah aktual dari setiap kolom tidak bermakna, yang penting adalah bahwa nilai sama. Kolom seimbang tidak menjamin bahwa tidak ada kesalahan. Misalnya, ada transaksi yang lupa dijurnal atau rekaman dalam account yang salah tidak akan menyebabkan ketidakseimbangan.
  • Memperbaiki perbedaan dalam neraca percobaan. Jika kolom tidak seimbang, mencari kesalahan matematika, kesalahan posting, dan kesalahan perekaman. Kesalahan posting meliputi: posting dari jumlah yang salah, mengabaikan posting, posting di kolom yang salah, atau posting lebih dari sekali.
  • Siapkan jurnal penyesuaian untuk merekam / mencatat transaksi yang masih harus dibayar, ditangguhkan, dan jumlah yang diperkirakan.
  • Posting jurnal penyesuaian ke buku besar.
  • Siapkan neraca saldo disesuaikan. Langkah ini mirip dengan penyusunan neraca percobaan, tapi jurnal penyesuaian sudah ada. Memperbaiki kesalahan yang mungkin ditemukan.
  • Siapkan laporan keuangan, yang terdiri dari Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas
  • Siapkan jurnal penutupan yang menutup rekening sementara seperti pendapatan, biaya, keuntungan, dan kerugian.
  • Posting jurnal penutup ke buku besar.
  • Siapkan neraca percobaan setelah penutupan untuk memastikan bahwa debet kredit sama. Pada proses ini, hanya account tetap muncul karena yang sementara telah ditutup.